Senin, 09 Januari 2012

objek wisata

Pariwisata

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Sebuah perahu turis di Sungai Seine di Paris, Perancis.

Pariwisata atau turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan, dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini. Seorang wisatawan atau turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi, merupakan definisi oleh Organisasi Pariwisata Dunia.

Definisi yang lebih lengkap, turisme adalah industri jasa. Mereka menangani jasa mulai dari transportasi, jasa keramahan, tempat tinggal, makanan, minuman, dan jasa bersangkutan lainnya seperti bank, asuransi, keamanan, dll. Dan juga menawarkan tempat istrihat, budaya, pelarian, petualangan, dan pengalaman baru dan berbeda lainnya.

Banyak negara, bergantung banyak dari industri pariwisata ini sebagai sumber pajak dan pendapatan untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu pengembangan industri pariwisata ini adalah salah satu strategi yang dipakai oleh Organisasi Non-Pemerintah untuk mempromosikan wilayah tertentu sebagai daerah wisata untuk meningkatkan perdagangan melalui penjualan barang dan jasa kepada orang non-lokal.

Menurut Undang Undang No. 10/2009 tentang Kepa

Upacara Sekaten di Keraton Yogyakarta

November 15th, 2010 · No Comments
Uncategorized

Sekaten

Sekaten atau Upacara Sekaten yang berasal dari kata Syahadatain , dari masa ke masa cara pengucapannya berubah dari Syakatain menjadi Sekaten. Sekaten adalah acara peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW yang lahir pada tanggal 12 bulan Maulud ( bulan ketiga dari tahun Jawa ) atau Rabiul Awal (bulan dari tahun hijriyah ). Sekaten yang diadakan pada tiap tanggal 5 bulan Mulud ( Jawa ) atau Rabiul Awal ( tahun hijriyah ) di alun-alun utara Yogyakarta (dan juga di alun-alun Surakarta secara bersamaan). Sekaten merupakan upacara pendahuluan dari peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Upacara ini dulunya dipakai oleh Sultan Hamengkubuwana I ( pendiri keratin Yogyakarta ) untuk mengundang masyarakat mengikuti dan memeluk agama Islam.

Upacara tradisional Sekaten sebagai upacara tradisional keagamaan Islam, mengobarkan semangat perjuangan mengembangkan agama dan memiliki nilai -nilai luhur dalam membentuk akhlak dan budi pekerti bangsa serta mempunyai alur sejarah yang jelas, telah menjadi salah satu upacara Tradisional resmi Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan diselenggarakan setiap tahun dalam rangka memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Upacara tradisional keagamaan Sekaten di Yogyakarta diikuti oleh pesta rakyat tradisional yang cukup besar dan meriah. untuk menertibkan dan mempertanggung jawabkan, maka Pemerintah Kota Yogyakarta atas ijin Sri Sultan Hamengku Buwono X menata dan mengelolanya sekaligus memanfaatkan sebagai salah satu media informasi dan komunikasi timbal batik antara Pemerintah dan masyarakat tentang upaya dan hasil pelaksanaan pembangunan nasional.

Pada masa-masa permulaan perkembangan agama Islam di Jawa, salah seorang dari Wali Songo, yaitu Sunan Kalijogo, mempergunakan instrumen musik Jawa Gamelan, sebagai sarana untuk memikat masyarakat luas agar datang untuk menikmati pergelaran karawitannya. Untuk tujuan itu dipergunakan 2 perangkat gamelan, yang memiliki laras swara yang merdu yaitu Kyai Nogowilogo dan Kyai Gunturmadu.

Sebelum upacara Sekaten dilaksanakan, diadakan dua macam persiapan, yaitu persiapan fisik dan spiritual. Persiapan fisik berupa peralatan dan perlengkapan upacara Sekaten, yaitu Gamelan Sekaten, Gendhing Sekaten, sejumlah uang logam, sejumlah bunga kanthil, busana seragam Sekaten, samir untuk niyaga, dan perlengkapan lainnya, serta naskah riwayat maulud Nabi Muhammad SAW.

Untuk persiapan spiritual, dilakukan beberapa waktu menjelang Sekaten. Para abdi dalem Kraton Yogyakarta yang nantinya terlibat di dalam penyelenggaraan upacara mempersiapkan mental dan batin untuk mengembang tugas sakral tersebut. Terlebih para abdi dalem yang bertugas memukul gamelan Sekaten, mereka mensucikan diri dengan berpuasa dan siram jamas.

Pada hari pertama, upacara diawali saat malam hari dengan iring-iringan abdi Dalem (punggawa kraton) bersama-sama dengan dua set gamelan Jawa: Kyai Nogowilogo dan Kyai Gunturmadu. Iring-iringan ini bermula dari pendopo Ponconiti menuju masjid Agung di alun-alun utara dengan dikawal oleh prajurit Kraton. Kyai Nogowilogo akan menempati sisi utara dari masjid Agung, sementara Kyai Gunturmadu akan berada di Pagongan sebelah selatan masjid. Kedua set gamelan ini akan dimainkan secara bersamaan sampai dengan tanggal 11 bulan Mulud selama 7 hari berturut-turut. Kecuali pada malam Jumat hingga selesai shalat Jumat siangnya. Pada malam hari terakhir, kedua gamelan ini akan dibawa pulang ke dalam Kraton tepat pada pukul 24.00 WIB.

Sekaten dimulai pada tanggal 6 Maulud (Rabiulawal) saat sore hari dengan mengeluarkan gamelan Kanjeng Kyai Sekati dari tempat persemayamannya, Kanjeng Kyai Nogowilogo ditempatkan di Bangsal Trajumas dan Kanjeng Kyai Guntur Madu di Bangsal Srimanganti. Dua pasukan abdi dalem prajurit bertugas menjaga gamelan pusaka tersebut, yaitu prajurit Mantrijero dan prajurit Ketanggung. Di halaman Kemandungan atau Keben, banyak orang berjualan kinang dan nasi wuduk.
Lepas waktu sholat Isya, para abdi dalem yang bertugas di bangsal, memberikan laporan kepada Sri Sultan bahwa upacara siap dimulai. Setelah ada perintah dari Sri Sultan melalui abdi dalem yang diutus, maka dimulailah upacara Sekaten dengan membunyikan gamelan Kanjeng Kyai Sekati. Yang pertama dibunyikan adalah Kanjeng Kyai Guntur Madu dengan gendhing racikan pathet gangsal, dhawah gendhing Rambu. Menyusul kemudian dibunyikan gamelan Kanjeng Kyai Nogowilogo dengan gendhing racikan pathet gangsal, dhawah gendhing Rambu. Demikianlah dibunyikan secara bergantian antara Kanjeng Kyai Guntur Madu dan Kanjeng Kyai Nogowilogo. Di tengah gendhing, Sri Sultan datang mendekat dan gendhing dibuat lembut sampai Sri Sultan meninggalkan kedua bangsal. Sebelumnya Sri Sultan (atau wakil Sri Sultan) menaburkan udhik-udhik di depan gerbang Danapertapa, bangsal Srimanganti, dan bangsal Trajumas.

Tepat pada pukul 24.00 WIB, gamelan Sekaten dipindahkan ke halaman Masjid Agung Yogyakarta dengan dikawal kedua pasukan abdi dalem prajurit Mantrijero dan Ketanggung. Kanjeng Kyai Guntur Madu ditempatkan di pagongan sebelah selatan gapuran halaman Masjid Agung dan Kanjeng Kyai Nogowilogo di pagongan sebelah utara. Di halaman masjid tersebut, gamelan Sekaten dibunyikan terus menerus siang dan malam selama enam hari berturut-turut, kecuali pada malam Jumat hingga selesai sholat Jumat siang harinya.

Pada tanggal 11 Maulud (Rabiulawal), mulai pukul 20.00 WIB, Sri Sultan datang ke Masjid Agung untuk menghadiri upacara Maulud Nabi Muhammad SAW yang berupa pembacaan naskah riwayat maulud Nabi yang dibacakan oleh Kyai Pengulu. Upacara tersebut selesai pada pukul 24.00 WIB, dan setelah semua selesai, perangkat gamelan Sekaten diboyong kembali dari halaman Masjid Agung menuju ke Kraton. Pemindahan ini merupakan tanda bahwa upacara Sekaten telah berakhir.

Sejarah Sekaten

Pada tahun 1939 Caka atau 1477 M, Raden Patah selaku Adipati Kabupaten Demak Bintoro, dengan dukungan para Wali membangun Masjid Agung Demak sebagai tempat ibadah dan tempat bermusyawarah para wali.

Salah satu hasil musyawarah para wali dalam rangka meningkatkan syiar Islam, selama 7 hari menjelang peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, diadakan kegiatan syiar Islam secara terus menerus. Supaya menarik pengunjung, dibunyikan 2 perangkat gamelan ciptaan Sunan Giri, dengan membawa gendhing-gendhing tertentu ciptaan para wali,terutama Sunan Kalijaga.

Para pengunjung yang menyatakan ingin “ngrasuk” agama Islam setelah mengikuti kegiatan syiar agama Islam tersebut dituntun untuk mengucapkan 2 kalimat syahadat (syahadatain). Dari kata syahadatain yang berarti dua kalimat syahadat itulah menjadi SEKATEN akibat perubahan pengucapan, sebagai istilah yang menandai kegiatan syiar agama Islam yang dilaksanakan selama 7 hari terus menerus menjelang sampai dengan peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW mulai tanggal 5 sampai dengan 12 Maulud atau Robi’ul Awal setiap tahun.

Sekaten yang kemudian berkembang menjadi pesta rakyat tradisional terus diselenggarakan setiap tahun, seiring dengan tumbuhnya Kabupaten Demak Bintoro menjadi Kerajaan Islam, bahkan Sekaten menjadi tradisi resmi. Demikian pula saat bergesernya Kerajaan Islam ke Mataram serta Kerajaan Islam Mataram terbagi menjadi dua, yakni Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, Sekaten sebagai Upacara tradisional keagamaan Islam masih terus di selenggarakan beserta pesta rakyat tradisional yang menyertainya.

Dari perkembangan penyelenggaraan Sekaten tahun demi tahun di Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, pada pokoknya terdiri dari:

1. Dibunyikan dua perangkat gamelan, Kanjeng Kyai Nogowilogo dan Kanjeng Kyai Guntur Madu, selama 7 hari berturut turut kecuali Kamis Malam sampai Jum’at Siang, di Kagungan Dalem Pagongan Masjid Agung Yogyakarta.

2. Peringatan hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW, pada tanggal 11 Maulud malam, di Serambi Kagungan Dalem Masjid Agung, dengan pembacaan riwayat Nabi Muhammad SAW oleh Abdi Dalem Sinuwun, para kerabat, pejabat dan rakyat Ngayogyakarta Hadiningrat.

3. Pemberian sedekah Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan, berupa hajad Dalem Gunungan dalam Upacara Garebeg sebagai puncak acara Sekaten peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Grebeg Muludan

Acara puncak peringatan Sekaten ini ditandai dengan Grebeg Muludan yang diadakan pada tanggal 12 (persis di hari ulang tahun Nabi Muhammad s.a.w.) mulai jam 8:00 pagi. Dengan dikawal oleh 10 macam (bregodo/kompi) prajurit Kraton: Wirobrojo, Daeng, Patangpuluh, Jogokaryo, Prawirotomo, Nyutro, Ketanggung, Mantrijero, Surokarso, dan Bugis, sebuah Gunungan yang terbuat dari beras ketan, makanan dan buah-buahan serta sayur-sayuan akan dibawa dari istana Kemandungan melewati Sitihinggil dan Pagelaran menuju masjid Agung. Setelah dido’akan Gunungan yang melambangkan kesejahteraan kerajaan Mataram ini dibagikan kepada masyarakat yang menganggap bahwa bagian dari Gunungan ini akan membawa berkah bagi mereka. Bagian Gunungan yang dianggap sakral ini akan dibawa pulang dan ditanam di sawah/ladang agar sawah mereka menjadi subur dan bebas dari segala macam bencana dan malapetaka.

Tumplak Wajik

Dua hari sebelum acara Grebeg Muludan, suatu upacara Tumplak Wajik diadakan di halaman istana Magangan pada jam 16:00 sore. Upacara ini berupa kotekan atau permainan lagu dengan memakai kentongan,lumpang untuk menumbuk padi, dan semacamnya yang menandai awal dari pembuatan Gunungan yang akan diarak pada saat acara Grebeg Muludan nantinya. Lagu-lagu yang dimainkan dalam acara Tumplak Wajik ini adalah lagu Jawa populer seperti: Lompong Keli, Tundhung Setan, Owal awil, atau lagu-lagu rakyat lainnya.

Upacara tumplak wajik adalah upacara pembuatan Wajik (makanan khas yang terbuat dari beras ketan dengan gula kelapa) untuk mengawali pembuatan pareden yang digunakan dalam upacara Garebeg. Upacara ini hanya dilakukan untuk membuat pareden estri pada Garebeg Mulud dan Garebeg Besar. Dalam upacara yang dihadiri oleh pembesar Keraton ini di lengkapi dengan sesajian. Selain itu upacara yang diselenggarakan dua hari sebelum garebeg juga diiringi dengan musik ansambel lesung-alu (alat penumbuk padi), kenthongan, dan alat musik kayu lainnya. Setelah upacara selesai dilanjutkan dengan pembuatan pareden.

Acara Puncak

Puncak acara dari perayaan Sekaten adalah grebeg maulud, yaitu keluarnya sepasang gunungan dari Mesjid Agung seusai didoakan oleh ulama Kraton. Masyarakat percaya bahwa siapapun yang mendapatkan gunungan tersebut, biarpun sedikit akan dikaruniai kebahagiaan dan kemakmuran. Kemudian tumpeng tersebut diperebutkan oleh ribuan warga masyarakat. Mereka meyakini bahwa dengan mendapat bagian dari tumpeng akan mendatangkan berkah bagi mereka.

Pada umumnya , masyarakat Jogjakarta dan sekitarnya berkeyakinan bahwa dengan turut berpartisipasi merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW ini yang bersangkutan akan mendapat imbalan pahala dari Yang Maha Kuasa, dan dianugerahi awet muda. Sebagai ” Srono ” (syarat) nya, mereka harus mengunyah sirih di halaman Masjid Agung, terutama pada hari pertama dimulainya perayaan sekaten.

Oleh karenanya, selama diselenggarakan perayaan sekaten itu, banyak orang berjualan sirih dengan ramuannya, nasi gurih bersama lauk-pauknya di halaman Kemandungan,di Alun-alun Utara maupun di depan Masjid Agung Jogjakarta. Bagi para petani, dalam kesempatan ini memohon pula agar panenannya yang akan datang berhasil. Untuk memperkuat tekadnya ini, mereka memberi cambuk (pecut) yang dibawanya pulang.

Sedangkan keramaian penunjang berisi kesenian rakyat tradisional yang menyertai upacara tradisional seperti penjaja makanan tradisional, mainan tradisional serta kesenian rakyat tradisional. Kemudian untuk keramaian pendukung berupa pameran pembangunan yang dilakukan pemerintah daerah maupun instansi sektoral dan vertikal, promosi pemasaran barang produksi dalam negeri dan meningkatkan barang ekspor nonmigas serta keramaian lainnya seperti permainan anak-anak, rumah makan dan cinderamata.

Selama lebih kurang satu bulan sebelum upacara Sekaten dimulai, Pemerintah Daerah Kotamadya, memeriahkan perayaan ini dengan pasar malam, yang diselenggarakan di Alun-alun Utara Jogjakarta. Melalui Sekaten sebagai peristiwa budaya yang juga sebagai peristiwa religius dan merupakan ikon sekaligus identitas Jogjakarta. Dan hal itu sudah sepantasnya kita pertahankan dan kita kembangkan nilai-nilai hakikinya sebagai warisan keaneka ragaman budaya bangsa.

riwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah

Kepulauan ANAMBAS "Exotic South China Sea Marine Park"

Wellcome to Kepulauan Anambas


Kabupaten Kepulauan Anambas adalah Kabupaten termuda di Provinsi Kepulauan riau yang memiliki sejumlah obyek wisata yang beragam, indah dan masih asri. obyek Wisata di Anambas tersebar di 7 Kecamatan, yakni : Kecamatan Siantan, Kecamatan Siantan Tengah, Kecamatan Siantan Timur, Kecamatan Siantan Selatan, Kecamatan Palmatak, Kecamatan Jemaja dan Kecamatan Timur.

Secara Geografis, Kabupaten Anambas terletak diantara 2010'0"  - 3040'0" LU sampai dengan 105015'0" - 106045'0" BT. Luas wilayahnya 46664.14 km2, terdiri dari luas daratan 592.14 km2 dan lautan 46,033.81 km2 dengan panjang Garis Pantai 1,128.57 km2. Batas wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas adalah :
Utara        Laut China Selatan
Selatan     Kepulauan Tambelan
Barat        Laut China Selatan
Timur       Laut Natuna

Kabupaten Kepulauan Anambas terdiri dari 238 pulau, termasuk 5 pulau terluas, 26 pulau berpenghuni dan 212 pulau belum berpenghuni. Kabuapten Kepulauan Anambas memiliki pesona wisata bahari yang sungguh mempesona. Pancing Mania, menyelam, snorkeling, hingga bermain sampan ada di Kepulauan Anambas. Tidak itu saja, Wisata Sejarah, Wisata Budaya, Wisata Alam, Wisata Kuliner hingga pernak - pernik khas pun bisa dinikmati disini.


Wisata Bahari Maritime Tours
  • Diving & Snorkeling
Jika Bali memiliki Sanur yang menggoda penyuka snorkeling dan diving, maka Anambas memiliki Pulau Bawah. Kepulauan Anambas memiliki terumbu karang yang sangat bagus untuk wisata bahari, diving dan snorkeling. Anda akan menemukan jutaan spesies ikan nan indah serta warna warni terumbu karang yang sungguh mempesona. Ikan Napoleon yang melegenda pun bisa Anda temukan disini. Laut di perairan anambas termasuk kawasan yang menyimpan jenis ikan yang terlengkap di dunia. Beberapa jenis ikan yang yang masuk dalam kategori langka, misalnya ikan Napoleon dan Hiu totol ada disini.

  • Pulau Penjalin (Penjalin Islands)
Salah satu pulau terindah di Kepulauan Anambas ini terletak di Kecamatan Palmatak. Pemandangan alamnya begitu indah berhiaskan pulau - pulau mungil bak rangkaian mutiara. Pantainya yang berpasir putih dan lembut sangat cocok untuk berjemur serta melakukan aktivitas pantai lainnya. Perairannya yang tenang nan bening, berhiaskan bebatuan sebagai ornamennya, sangat cocok untuk menyalurkan adrenalin Anda dengan ber-snorkeling, berenang dan bersampan. 




  • Pulau Mengkait (Mengkait Islands)


Anda ingin berwisata kampung nelayan yang masih "perawan"? Maka tidak salah apabila anada memilih Pulau Mengkait untuk berwisata. Kampung nelayan ini juga menjadi kampung percontohan sebagai Kampung wisata di Kepulauan Anambas. Penduduknya yang ramah, air laut yang bening, serta ratusan perahu pom pong menjadi nilai tambah Pulau Mengkait.




  • Pulau durai (Durai Islands)     

Pulau Mungil yang terletak di Kecamatan palmatak ini adalah tempat konservasi Penyu di Kepulauan Anambas. Menjelang sore, puluhan penyu betina mendarat ke bibir pantai lalu menggali pasir pantai untuk bertelur. Pulau Durai dengan pantainya yang indah, dan dipenuhi oleh penyu di sore hari adalah andalan Wisata di Kepulauan Anambas. Penyu - penyu akan semakin banyak di bulan Juni sampai bulan September. mulai pukul 15.00 sore hari, Anda akan menjumpai kerumunan penyu di pantai Pulau Durai.  

  • Pulau Bawah (Bawah Islands) 
Gugusan Pulau Bawah terdiri dari empat gugusan pulau kecil lainnya dengan luas keseluruhan 99,739 hektar. Pulau Bawah luasnya 63,54 hektar. Pulau Sanggah 27,45 hektar. Pulau Elang 59,4 hektar. Pulau Merba 1,3 hektar, dan Pulau Lidi seluas 1,13 hektar. Jarak tempuh dari Terempa ke Pulau Bawah sekitar 7 (tujuh) jam bila menggunakan alat transportasi pom pong (perahu motor), sementara bila menggunakan speed boat sekitar 4 (empat) jam. Berbagai eksotisme akan ditawarkan kepada Anda, antara lain adalah Diving, Snorkeling, Fishing, Swimming dll. 

  • Pantai Padang Melang (Padang Melang Beach)
Pantai Padang Melang terletak di Kecamatan Jemaja dengan panjang pantai kurang lebih 7 kilometer dan dikenal dengan pasir putih. Bentuk pantai yang melengkung dan dikelilingi pegunungan menjadikan kawasan Pantai Padang Melang sangat tedu dan cocok sebagai tempat berlabuh kapal - kapal besar dan kecil. Perairan pantai Padang Melang juga memiliki terumbu karang yang indah dengan biota laut yang tetap terjaga.



  • Mancing Mania (Fishing Mania)
Laut Anambas sangat kaya akan ikan - ikan yang bernilai jual tinggi. Ikan Napoleon salah satunya. Event "Pancing Mania Anambas" pun rutin diselenggarakan setiap tahunnya. Bagi Anda penghobbi olah raga "sabar" ini maka wajib bagi Anda untuk memasukkan Anambas pada urutan teratas tujuan mancing Anda. 




  • Ikan Napoleon (Napoleon Fish)
Laut di perairan Anambas termasuk kawasan yang menyimpan jenis ikan yang terlengkap di dunia. Beberapa jenis ikan yang masuk dalam kategori langka, misalnya Ikan Napoleon dan Hiu Totol ada disini.




  • Kota Terempa (Terempa City)
Kota Terempa terletak di utara pulai Siantan, salah satu pulau di Kepulauan Anambas, di Laut Cina Selatan. Kota Terempa berarti "dapat dikunyah" Ini bisa ditempuh sekitar 16 jam pelayaran laut Tanjung Pinang, Ibu Kota Provinsi Kepulauan Riau. 

Wisata Alam Kepulauan Anambas
  • Air Terjun Temburun (Temburun Water Fall) 
Layaknya rambut seorang Bidadari yang terurai panjang, aliran air terjun temburun sungguh mempesona. Memiliki kontur berundak - undak sebanyak tujuh tingkat, air terjun ini menantang Anda untuk menaklukkannya. Berhadapan langsung dengan Laut China Selatan, air terjun Temburun di Siantan, Kabupaten Kepulauan Anambas menjadi kunjungan Anda. 

  • Air Terjun Neraja (Neraja Water Fall)
Air Terjun Neraja terletak di Pulau Jemaja, Kepulauan Anambas tepatnya di Desa Uju Maras. Airnya yang jernih, mengalir melewati bebatuan yang bertingkat - tingkat dan bermuara pada dua buah kolam alam. Gemercik serta jernihnya air menggoda Anda untuk sejenak berendam seraya menikmati kesegaran dinginnya Anugerah Tuhan ini.









Wisata Sejarah & Budaya 
  • Kunjungan Wisatawan Memoria Eks Pengungsi Vietnam, Pulau Kuku, Jemaja
  • Masjid Jamik Terempa (Jamik Mosque)
Masjid tua yang diperkirakan berdiri tahun 1925 ini berada di Terempa (Ibu Kota Anambas), Kecamatan Siantan. Arsitektur masjid ini cukup menarik, terutama bentuk kubah dan menaranya. Begitu juga dengan pintunya yang terbuat dari kayu berukuran besar. Di pelataran Masjid terdapat bedug tua, sedangkan di dalamnya terdapat mimbar dari kayu yang berbentuk unik dan berusia tua. 

  • Vihara Gunung Dewa (Gunung Dewa Monastry)
Bangunan yang lebih dikenal sebagai Kelenteng ini berada di Terempa, ibu kota Kabupaten Anambas. Vihara berwarna merah cerah dan kuning ini berada pada sebuah tebing bebatuan. Inilah salah satu keunikan vihara ini. Bangunan vihara ini akan mudah terlihat dari kejauhan saat anda masih berada di pom pong. Pemandangan teluk dan selat, serta suasana kota Terempa menjadi eksotisme Vihara Gunung Dewa. 
  • Eks Pengungsi Vietnam (Eks Vietnam Refugees)
Pada tahun 1970, sekitar 14 ribu pengungsi Vietnam menapakkan kaki mereka di Pulau Kuku, Kepulauan Anambas. Mereka adalah korban perang saudara di Vietnam. Selain di Pulau Kuku, pengungsi juga merapat di Air Raya. Rupanya tidak hanya Kepulauan Anambas yang menjadi tujuan mereka, namun Pulau Galang di Batam pun menjadi tujuan pengungsi lainnya, yang pada akhirnya bermukim hampir dua dasa warsa lamanya. 

  • Makam Keramat 
Makam Keramat adalah Komplek makam keluarga Raja Johor.







  • Seni Budaya (Culture)
Sudah menjadi rahasia umum jika  Kepulauan Riau sangat kaya akan seni dan budaya. Negeri pantun terkenal akan seni tarinya. Maka tidaklah salah jika Kepulauan Anambas, kabupaten termuda Kepulauan Riau juga kaya akan keaneka ragaman seni dan budaya. Hampir disetiap bulannya akan diadakan pagelaran Tari disana.